Sunday, December 01, 2013

Jangan Jadi Peneliti Kutu Loncat


“Yang terutama perlu diingat adalah linieritas. Jangan jadi peneliti kutu loncat. Tahun ini misalnya meneliti bahasa, lalu tahun depan meneliti bidang lain, karena tahu disana ada dana penelitian.”
-- Prof Andi Niartiningsih -- (Koordinator Kopertis Wilayah IX Sulawesi)








------------------

Jangan Jadi Peneliti Kutu Loncat

- 306 PTS Gagal Loloskan Judul Penelitian


Ada catatan yang cukup menarik dari kegiatan penelitian dosen-dosen perguruan tinggi swasta (PTS) di lingkungan Kopertis Wilayah IX Sulawesi pada tahun 2013, yaitu dosen-dosen pemulanya berhasil meloloskan 199 judul penelitian.

Jumlah tersebut kelihatan banyak, tetapi menjadi sedikit setelah diperbandingkan dengan total jumlah dosen yang mencapai ribuan orang dan tersebar pada 352 PTS se-Sulawesi. Total dana dari 199 judul penelitian itu juga hanya sekitar Rp 2,5 miliar.

Artinya, dari ribuan dosen negeri yang diperbantukan (DPK) dan dosen tetap yayasan (DTY), hanya sekitar 100 orang yang berhasil lolos judul penelitiannya.

Begitu pun dari 352 PTS yang terdaftar saat ini, hanya 46 PTS yang berhasil meloloskan judul penelitian dosen-dosen pemulanya. Dengan kata lain, sebanyak 306 PTS tidak mengirim atau gagal meloloskan judul-judul penelitiannya.

Koordinator Kopertis Wilayah IX Sulawesi Prof Andi Niartiningsih, menyatakan memberikan apresiasi yang luar biasa kepada para dosen peneliti muda, namun ia mengingatkan pentingnya linieritas penelitian.

“Yang terutama perlu diingat adalah linieritas. Jangan jadi peneliti kutu loncat. Tahun ini misalnya meneliti bahasa, lalu tahun depan meneliti bidang lain, karena tahu disana ada dana penelitian,” katanya.

Hal tersebut disampaikan pada acara Penandatanganan Penerimaan Dana Desentralisasi Penelitian Dosen Pemula, di Kantor Kopertis Wilayah IX Sulawesi, Jl Bung, Km-9, Makassar, beberapa waktu lalu.

Linieritas penelitian, tambah Andi Niar–sapaan akrab Prof Andi Niartiningsih–, juga terkait dengan target pencapaian Guru Besar dan berpengaruh dalam penentuan akreditasi program studi.

Salah satu kelemahan terbesar dari program studi yang akan diakreditasi, katanya, adalah minimnya penelitian dari para dosen pada prodi tersebut.

“Hasil dari penelitian terlihat dari output yang termuat pada publikasi jurnal ilmiah. Hasil penelitian juga terlihat dari implemen-tasi, hak paten, dan lebih bagus lagi kalau penelitian itu untuk industri,” tutur mantan Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin (Unhas).***

No comments: