Monday, April 08, 2013

Pengalaman Paling Berkesan




“Yang paling berkesan saat saya masih berstatus mahasiswa baru di IKIP Ujungpandang. Waktu itu, rektor di hadapan mahasiswa baru berjanji akan memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang bisa lulus ujian pada gelombang pertama. Saya betul-betul forsir belajar dan akhirnya, saya bersama seorang ibu-ibu, lulus ujian gelombang pertama. Waktu itu, hampir tidak ada mahasiswa yang bisa lulus ujian pada gelombang pertama, tetapi saya tidak pernah menagih janji rektor, karena tidak berani menghadap.” -- Prof Basri Wello MA --

 


Pengalaman Paling Berkesan

Menjelang tamat SPG di Sidrap (1970), Basri Wello mengikuti kursus bahasa Inggris, karena kebetulan dirinya dianggap paling pintar bahasa Inggris di antara teman-teman sekolahnya.

“Sebenarnya saya sudah berpidato dalam bahasa Inggris saat kelas lima SD. Waktu itu acara perpisahan dan saya mewakili murid yang masih sekolah. Ternyata puluhan tahun kemudian (saat menjabat Koordinator Kopertis Wilayah IX Sulawesi), kerja saya pidato terus dari kampus ke kampus,” katanya sambil tertawa.

Setelah tamat SPG di Sidrap dan sambil menunggu pengangkatannya sebagai guru (pegawai negeri sipil), Basri Wello mendaftar kuliah di IKIP Ujungpandang dengan mengambil program studi Pendidikan Bahasa Inggris.

Satu tahun kuliah, dirinya mendapat panggilan pulang ke Sidrap untuk diangkat jadi guru dengan status PNS, tetapi panggilan itu ditampiknya karena ingin melanjutkan kuliah untuk mewujudkan impiannya menjadi profesor dan keliling dunia.

“Yang paling berkesan saat saya masih berstatus mahasiswa baru di IKIP Ujungpandang. Waktu itu, rektor di hadapan mahasiswa baru berjanji akan memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang bisa lulus ujian pada gelombang pertama. Saya betul-betul forsir belajar dan akhirnya, saya bersama seorang ibu-ibu, lulus ujian gelombang pertama. Waktu itu, hampir tidak ada mahasiswa yang bisa lulus ujian pada gelombang pertama, tetapi saya tidak pernah menagih janji rektor, karena tidak berani menghadap,” ungkapnya lalu tersenyum.

Motivasi belajarnya yang tak pernah menurun, kemudian mengantarnya menjadi mahasiswa berprestasi dan berhasil meraih gelar sarjana muda (BA) dalam tempo empat tahun, padahal waktu itu, masih langka mahasiswa yang mampu menyelesaikan pendidikan sarjana muda hanya dalam tempo empat tahun (1974).
Tiga tahun kemudian (1977), Basri Wello berhasil meraih gelar sarjana.

“Waktu itu, belum ada mahasiswa (IKIP Ujungpandang) yang mampu menyelesaikan studi dan meraih gelar sarjana dalam tempo kurang dari sepuluh tahun,” katanya. (asnawin)


@copyright Tabloid Almamater, Makassar, Edisi ke-4, Maret 2013.

No comments: