Sunday, November 11, 2012

Minta Diberhentikan sebagai Rektor


Karena merasa terganggu dan agak frustrasi, Prof Idris Arief kemudian menghadap Dirjen Dikti Satrio Soemantri Brodjonegoro), di Jakarta. “Kepada Pak Dirjen, saya meminta agar diberhentikan sebagai rektor, karena saya merasa gagal,” ungkapnya.
Permintaan itu membuat Dirjen Dikti terdiam beberapa saat. Setelah menghela nafas, Satrio Soemantri kemudian mengatakan, “Jangan minta diberhentikan, mintalah yang lain.”


Minta Diberhentikan sebagai Rektor

Makassar, Tabloid Almamater.
Panas setahun dihapuskan oleh hujan sehari. Pepatah lama ini kerap cocok dengan apa yang dialami sejumlah pejabat publik, termasuk pimpinan perguruan tinggi di Tanah Air. Berbagai capaian dan prestasi yang diraih dalam satu, dua, atau beberapa tahun, seolah tidak ada artinya ketika sebuah peristiwa memalukan menimpa
dirinya.

Seorang pimpinan perguruan tinggi misalnya, meskipun dirinya sudah berhasil meraih berbagai prestasi dan penghargaan, melakukan berbagai terobosan, dan mahasiswanya berhasil menjuarai berbagai ajang lomba dan kompetisi, bisa saja tiba-tiba merasa malu dan merasa gagal, jika sebuah peristiwa memalukan terjadi di  kampusnya.

Mantan Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof Dr HM Idris Arief MS pernah mengalami hal tersebut.

Cukup banyak capaian dan prestasi yang ditorehkan Prof Idris Arief saat menjabat rektor, mulai periode pertama, 1999-2003, hingga periode kedua, 2003-2007. Pakar ekonomi kerakyatan ini antara lain berhasil mengatasi krisis moneter dan menstabilkan keuangan kampus UNM.

Prof Idris juga berhasil memperjuangan perubahan nama dan status dari IKIP Ujungpandang menjadi Universitas Negeri Makassar. Selain itu, Program Pascasarjana UNM juga berkembang cukup pesat.

Kuota penerimaan mahasiswa baru UNM juga terus-menerus bertambah, jumlah dosen UNM yang di-S2-kan dan di-S3-kan juga meningkat melampaui target nasional ketika itu.

Mahasiswa UNM juga banyak yang berhasil meraih berbagai prestasi dari berbagai ajang lomba dan kompetisi.

Di saat sedang bersemangat membangun dan mengembangkan UNM, tiba-tiba terjadi sebuah peristiwa memalukan. Mahasiswa Fakultas Teknik melakukan aksi unjukrasa anarkis dengan membakar kampusnya sendiri yang mengakibatkan kerugian miliaran rupiah.

Belum cukup dengan peristiwa tersebut, mahasiswa UNM yang berunjukrasa menutup jalan, kemudian terlibat tawuran dengan sopir angkot dan masyarakat umum.

Prof Idris mengatakan sebenarnya sudah banyak langkah yang dilakukan oleh pihak rektorat, mulai dari upaya pencegahan (tindakan preventif), pendekatan persuasif, hingga memberikan sanksi kepada mahasiswa yang terlibat tawuran atau perusakan.

“Banyak mahasiswa yang diskorsing dan tidak sedikit juga yang dikeluarkan, tetapi tetap saja kerap terjadi aksi unjukrasa dan tawuran,” ungkapnya.

Karena merasa terganggu dan agak frustrasi, dia kemudian menghadap Dirjen Dikti Satrio Soemantri Brodjonegoro), di Jakarta.

“Kepada Pak Dirjen, saya meminta agar diberhentikan sebagai rektor, karena saya merasa gagal,” ungkapnya.

Permintaan itu membuat Dirjen Dikti terdiam beberapa saat. Setelah menghela nafas, Satrio Soemantri kemudian mengatakan, “Jangan minta diberhentikan, mintalah yang lain.”

Setelah itu, Dirjen Dikti mengatakan bahwa ukuran kegagalan bukan dilihat dari banyaknya aksi unjukrasa dan tawuran, melainkan dilihat dari tridarma perguruan tinggi.

“Pak Dirjen mengatakan, aksi unjukrasa dan tawuran terjadi di mana-mana. Seorang rektor, baru dikatakan gagal kalau tridharma perguruan tinggi tidak berjalan. Beliau kemudian mengatakan, UNM mengalami banyak kemajuan, baik dalam pendidikan dan pengajaran, penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat. Beliau menilai saya tidak gagal, tetapi cukup berhasil,” ungkap Idris. (tim)

@copyright Tabloid Almamater, Makassar, Edisi 3, Oktober 2012.

2 comments:

Profesi UNM said...

Kunjungi kami juga di www.profesi-unm.com

Tabloid Demo's said...

trims atas kunjungan dan komentarnya, iya, kami juga sudah berkunjung, membaca, dan memberikan komentar pada berita http://www.profesi-unm.com/2012/11/korupsi-sudah-mendarah-daging.html