Sunday, November 11, 2012

Rektor UNM: Malu dan Siap Terima Sanksi



MEMALUKAN. Rektor UNM Prof Arismunandar mengaku sangat malu dan menyesalkan terjadinya tawuran antar-mahasiswa UNM yang menewaskan dua mahasiswa, di Kampus UNM Parangtambung, Makassar, Kamis, 11 Oktober 2012.
Menjawab pertanyaan wartawan apakah dirinya siap menerima sanksi, mantan Purek II UNM itu secara tegas mengatakan dirinya siap menerima sanksi.
“Tidak ada istilah tidak siap. Ini konsekuensi dari tanggung-jawab pekerjaan kami,” tegasnya. (Foto: Antara/Yusran Uccang)

 
Malu dan Siap Terima Sanksi

Makassar, Tabloid Almamater.
Aksi unjukrasa di kalangan mahasiswa sudah bukan barang baru lagi. Masyarakat umum pun sudah menganggapnya sebagai sesuatu yang lazim. Termasuk ketika mahasiswa menutup jalan yang mengakibatkan terjadinya kemacetan. Juga termasuk saat mahasiswa melakukan aksi anarkis.

Para pimpinan perguruan tinggi pun tidak lagi kaget kalau mahasiswanya berunjukrasa, baik di dalam kampus, maupun di luar kampus dan di tempat-tempat umum. Bahwa mereka kadang-kadang repot, karena harus turun langsung ke lapangan, terutama saat terjadi tawuran atau aksi anarkis, itu sudah biasa.

Yang tidak biasa dan mudah-mudahan tidak akan terjadi lagi, kalau mahasiswa terlibat tawuran yang berujung kematian. Lebih tidak biasa lagi kalau tawuran itu terjadi antar-fakultas di sebuah universitas.

Peristiwa seperti itulah yang tejadi di kampus Universitas Negeri Makassar (UNM), Kamis, 11 Oktober 2012. Mahasiswa Fakultas Teknik (FT) terlibat tawuran dengan mahasiswa Fakultas Seni dan Disain (FSD). Akibat tawuran tersebut, sejumlah mahasiswa terpaksa dirawat di rumah sakit dan dua mahasiswa tewas.
Rektor UNM Prof Dr Arismunandar MPd, yang saat terjadi tawuran berada di Perancis, mengaku sangat kaget, sedih, dan malu.

Arismunandar yang ketika itu sedang mengikuti pertemuan rektor-rektor di Perancis sebagai utusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, mengatakan dirinya sangat malu dan menyesalkan terjadinya insiden yang memakan korban jiwa itu.

“Saya sangat malu di sini (Prancis, red), menyesalkan dan menyayangkan insiden ini. Mengapa insiden ini terjadi begitu cepat,” katanya ketika dihubungi wartawan beberapa saat setelah terjadinya insiden tersebut.

Setelah pulang dari Perancis, Arismunandar langsung ke Jakarta, karena dirinya bersama para pimpinan perguruan tinggi negeri dan Koordinator Kopertis se-Indonesia UNM, mendapat panggilan dari Mendikbud untuk membicarakan peristiwa tersebut, serta untuk membica-rakan upaya pencegahan dan solusi atau opsi bila terulang lagi kejadian serupa.

“Kami diminta oleh Mendikbud untuk melihat potensi-potensi yang tampak dan tidak tampak, untuk mengantisipasi tidak terjadinya tawuran di kampus, kami juga diminta agar mampu membangun budaya akademik yang baik dan nir-kekerasan,” jelas Arismunandar.

Menjawab pertanyaan wartawan apakah dirinya siap menerima sanksi, mantan Purek II UNM itu secara tegas mengatakan dirinya siap menerima sanksi.

“Tidak ada istilah tidak siap. Ini konsekuensi dari tanggung-jawab pekerjaan kami,” tegasnya.

Namun, Arismunandar buru-buru menambahkan; “Yang penting, hal ini terjadi bukan karena kesengajaan kami atau kami tidak melakukan apa-apa saat bentrokan terjadi. Faktanya ‘kan kami mengupayakan agar bentrokan ini tidak melebar.” (tim)

@copyright Tabloid Almamater, Makassar, Edisi 3, Oktober 2012.

No comments: