Tuesday, September 09, 2014

Majdah Muhyiddin Zain: Antara Kampus, Organisasi, dan Keluarga




Majdah yang kelahiran Yogyakarta, 25 November 1963, sehari-hari adalah Rektor Universitas Islam Makassar (UIM). Selain itu, Majdah juga adalah isteri dari Agus Arifin Nu’mang (Wakil Gubernur Sulsel), serta ketua atau pengurus beberapa organisasi, mulai dari organisasi ibu-ibu Dharma Wanita dan Tim Penggerak PKK, hingga organisasi profesi, organisasi olahraga, dan organisasi sosial kemasyarakatan. (Foto: Asnawin)










----------------

Dr Majdah Muhyiddin Zain:

Antara Kampus, Organisasi, dan Keluarga


Kesibukannya cukup banyak. Mulai dari mengajar sebagai dosen, memimpin pengelolaan kampus sebagai rektor, terlibat dalam berbagai kegiatan sebagai ketua atau pengurus beberapa organisasi, hingga mengurus suami dan anak-anak sebagai ibu rumah-tangga.

Meskipun begitu banyak kesibukannya, Dr Majdah Muhyiddin Zain MP tetap selalu tampil tenang, santai, dan murah senyum. Tidak ada kesan tampil terburu-buru, apalagi stres.

Perempuan kelahiran Yogyakarta, 25 November 1963, sehari-hari adalah Rektor Universitas Islam Makassar (UIM). Jabatan tersebut diemban sejak 2007.

Selain itu, Majdah juga adalah isteri dari dari Agus Arifin Nu’mang, yang tak lain Wakil Gubernur Sulsel. Sedikit banyaknya, dirinya pun harus meluangkan waktu untuk mengikuti berbagai kegiatan sebagai isteri pejabat.

Kesibukannya yang lain yaitu menjadi ketua atau pengurus beberapa organisasi, mulai dari organisasi ibu-ibu Dharma Wanita dan Tim Penggerak PKK, hingga organisasi profesi, organisasi olahraga, dan organisasi sosial kemasyarakatan.

Bagaimana kiatnya membagi waktu untuk pekerjaan, keluarga, dan kegiatan lainnya di berbagai organisasi itu?

Menjawab pertanyaan itu, alumni S1 Sosek Pertanian, S2 Agribisnis, dan S3 Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar ini mengaku memanfaatkan teknologi, terutama untuk berkomunikasi dengan suami dan anak-anaknya.

Dengan teknologi tersebut, Majdah mengaku dapat secara mudah berkomunikasi dengan suami dan anak-anaknya, bahkan tidak jarang, mereka sekeluarga akhirnya sepakat makan siang bersama di sebuah rumah makan atau di sebuah restoran pada hari kerja.

“Pada hari kerja pun, kadang-kadang kami bisa meluangkan waktu untuk makan siang bersama,” ujarnya dalam bincang-bincang dengan “Majalah Almamater”, di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.

Darah Pemimpin

Ketika terpilih sebagai Rektor UIM pada 2007 (periode pertama), sebenarnya banyak yang meragukan kemampuannya, terutama karena dirinya perempuan dan masih tergolong muda (44 tahun), bahkan ada yang mengatakan dirinya terpilih karena suaminya (Agus Arifin Nu’mang) ketika itu kebetulan menjabat Ketua DPRD Sulsel.

Namun keraguan itu perlahan-perlahan menjadi sirna, seiring dengan berbagai kemajuan dan perkembangan yang dialami UIM.

Dengan darah kepemimpinan yang mengalir dalam dirinya (ayahnya, almarhum Muhyiddin Zain, adalah mantan Rektor IAIN Alauddin Makassar / sekarang UIN Alauddin Makassar, periode 1968–1973, sekaligus salah seorang pendiri Universitas Islam Makassar), Majdah akhirnya mampu membuktikan bahwa dirinya memang pantas memimpin UIM.

Mengenai keraguan banyak orang tersebut, ia enggan menanggapinya, karena ia yakin semua akan terjawab dengan sendirinya kalau UIM maju dan berkembang

Tentang masalah atau tantangan yang dihadapi saat pertama kali terpilih menjadi Rektor UIM, Majdah mengatakan cukup banyak masalah yang dihadapinya, mulai dari masalah konflik internal, masalah minimnya sarana dan prasarana, hingga masalah-masalah akademik.

“Waktu itu, belum ada satu pun program studi yang terakreditasi. Sekarang kami sudah membina 19 prodi dan hampir semuanya sudah terakreditasi, bahkan dua prodi di antaranya Terakreditasi B,” tuturnya.

Di bawah kepemimpinannya, UIM juga sudah membuka Program Pascasarjana dengan dua program studi, yakni prodi pertanian (konsentrasi agribisnis, dan konsentrasi agroteknologi), dan prodi Pendidikan Agama Islam (PAI).

“UIM adalah perguruan tinggi pertama di Sulsel, setelah Unhas, yang membuka program magister (S2) pertanian,” kata Majdah.

UIM juga tercatat sebagai perguruan tinggi pertama di Sulsel, setelah UNM (Uni-versitas Negeri Makassar), yang membuka program studi sarjana (S1) Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD).

Berkat berbagai terobosan dan perkem-bangan yang dicapai UIM dalam beberapa tahun terakhir, jumlah peminat yang ingin kuliah di UIM pun meningkat drastis.

Kalau dulu peminatnya hanya berkisar 300 sampai 600 orang per tahun, kini peminatnya mencapai 1.500 orang (pada tahun akademik 2013/2014).

“Target kami sekarang, semua prodi harus terakreditasi pada 2014 dan tahun depan terakreditasi secara institusi. Kami juga akan berupaya mendapatkan sertifikat ISO,” tandas Majdah yang tahun 2015 akan berakhir masa jabatannya selaku Rektor UIM (periode kedua, 2011-2015).

Dalam membangun sarana dan prasarana kampus, UIM secara kebetulan memperoleh bantuan dana PHP (Program Hibah Peningkatan) PTS dari Dirjen Dikti, selama lima tahun berturut-turut.

“Bantuan PHP biasanya diberikan hanya dua sampai tiga tahun berturut-turut, tetapi UIM sudah lima tahun berturut-turut mendapat bantuan PHP. Bantuan PHP itulah yang kami gunakan untuk membangun sarana dan prasarana, serta fasilitas di kampus UIM,” papar Majdah.

Beri Keleluasaan

Menyinggung pendekatan yang dilakukan kepada mahasiswa, Majdah mengatakan, sebagai rektor, dirinya memberikan berbagai keleluasaan, serta menantang mahasiswa membuat program kegiatan positif dan memiliki “nilai jual.”

“Saya tantang mahasiswa. Saya katakan, kalau kalian punya program kegiatan yang punya nilai jual, silakan bawa kemari. Kalau kegiatan tersebut bagus dan ternyata butuh biaya besar, kami carikan dananya agar gaungnya menjadi besar,” katanya.

Guna menjalin kebersamaan dan suasana kekeluargaan di internal UIM, Majdah membuat program “Selasa Bersama UIM” yang disingkat SERUIM.

Kegiatannya semacam “coffee morning” atau sarapan bersama yang dilanjutkan dengan membahas masalah-masalah yang tengah dihadapi untuk dicarikan solusinya.

“Host-nya berganti-ganti dan digilir dari satu fakultas ke fakultas lain,” katanya. (win)

----------------
@Copyright Majalah Almamater, edisi ke-6, Agustus 2014.
---------------------------------------------------------------

No comments: