PRASASTI. Menko Perekonomian Hatta Radjasa (tengah) didampingi Gubernur Sulteng Drs H Longki Djanggola (kedua dari kanan), Ketua Utama Alkhairaat Habib Saggaf Bin Muhammad Aldjufri MA (kedua dari kiri), dan Ketua Yayasan Alkhairaat Fadel Muhammad, sebelum menandatangani prasasti sekaligus peresmian Puskopontren Alkhairaat Binaan Universitas Alkhairaat, pada acara wisuda Universitas Alkhairaat, di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu, 22 Desember 2012. (Foto: Asnawin)
----------------
Tiga Peran Penting Perguruan Tinggi
- Universitas Alkhairaat Wisuda 408 Alumni
- Dihadiri Menko Perekonomian dan Dua Mantan Menteri
- Mendapat Pujian Soal Pendidikan Moral
Palu, Tabloid Almamater.
Sedikitnya ada tiga peran penting perguruan tinggi dalam upaya memenangkan bangsa dan negara Indonesia pada persaingan global, yaitu peran mendidik sumber daya manusia, sebagai inkubator untuk mendidik dan menghasilkan entrepreneur, serta berperan mempercepat transpormasi ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).
Sumber daya manusia atau SDM yang dididik pada perguruan tinggi diharapkan adalah manusia-manusia yang berpikir dan berdzikir untuk melahirkan berbagai inovasi.
“Kalau kita ingin memenangkan persaingan global, maka kata kuncinya adalah inovasi, bukan yang lain,” tandas Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Hatta Radjasa, saat membawakan orasi ilmiah pada acara wisuda sarjana XVIII Tahun 2012 Universitas Alkhairat (Unisa), di kampus Unisa, Palu, Sabtu, 22 Desember 2012.
Acara wisuda 408 alumni Universitas Alkhairat, turut dihadiri dua mantan menteri Kabinet Indonesia Bersatu, yakni mantan Menteri Kelautan dan Perikanan yang juga Ketua Yayasan Alkhairat Fadel Muhammad, serta mantan Menpora Adhyaksa Dault.
Selain itu, juga hadir Koordinator Kopertis IX Sulawesi diwakili Kasubag Kepegawaian Andi Lukman, Koordinator Kopertais Wilayah IX Prof Dr H Qadir Gassing, Ketua Utama Alkhairat, Ketua Umum PB Alkhairat, Gubernur Sulteng, Walikota Palu, dan sejumlah undangan lainnya.
Dalam orasinya, Hatta Radjasa mengemukakan lima poin pandangannya untuk memenangkan Indonesia dalam persaingan global, yaitu pertama, menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan mempertahankan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kedua, menjaga dan selalu menghidupkan nasionalisme sebagai pemersatu bangsa, karena Indonesia dibangun dari nasionalisme. Ketiga pentingnya memperkuat civil society atau masyarakat madani (a good civil society).
Keempat, kata Hatta yang juga menjabat Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Amanat Nasional (PAN), di ruang persaingan terbuka, diupayakan terbentuk persaingan berkeadilan (fair market), bukan persaingan bebas.
“Persaingan bebas itu tidak terkontrol dan akan melahirkan kantong-kantong kemiskinan, sedangkan dalam persaingan berkeadilan, ada tangan negara dan ada perlindungan social, sehingga mampu melindungi pengusaha dan masyarakat,” terangnya.
Hatta Radjasa mengaku tidak percaya dengan sistem yang dibuat oleh pasar bebas, karena cenderung melahirkan ketidakadilan.
“Pasar bebas itu tidak bisa mengontrol, padahal kita butuh tangan negara untuk mengintervensi, membantu, dan melindungi yang lemah,” tandasnya.
Kelima, lanjut Hatta, pentingnya perspektif, khususnya ownership atau rasa memiliki terhadap bangsa sendiri.
“Jangan pernah ada rakyat Indonesia yang merasa terasing di negeri sendiri,” tegasnya.
Pada kesempatan tersebut, Hatta Radjasa memberikan partisipasi dana sebesar Rp 100 juta untuk Pusat Koperasi Pondok Pesantren (Puskopontren) Universitas Alkhairat dan meminta agar dirinya dimasukkan sebagai anggota tercatat.
Tentang koperasi, Hatta Radjasa mengatakan, ”Koperasi adalah sokoguru perekonomian Indonesia, karena disitu ada kebersamaan.” (asnawin)
-----------------
@copyright Tabloid Almamater, Makassar, Edisi ke-4, Maret 2013.
No comments:
Post a Comment