Tuesday, October 23, 2012
Dosen Malas Tidak Dapat Apa-apa
Dosen yang malas dan tidak mau berupaya memanfaatkan peluang-peluang tersebut, dapat dipastikan tidak akan mendapatkan apa-apa. Dosen-dosen malas tersebut bahkan terancam dipensiunkan atau dialihkan statusnya menjadi karyawan biasa/staf pegawai, jika tetap berkualifikasi S1 pada 2014.
- Drs Ibrahim Saman MM - (Sespel Kopertis IX Sulawesi)
Dosen Malas Tidak Dapat Apa-apa
Palopo, Tabloid Almamater. Pemerintah sudah memberikan begitu banyak peluang kepada para dosen, baik bagi dosen negeri maupun bagi dosen tetap yayasan, tetapi peluang tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal. Akibatnya, peluang tersebut menjadi sia-sia dan para dosen pun banyak yang tidak mendapatkan apa-apa.
Peluang tersebut antara lain biaya studi lanjut melalui berbagai jalur, sertifikasi dosen, serta dana penelitian yang kini sudah didesentrasisasikan.
Dosen yang malas dan tidak mau berupaya memanfaatkan peluang-peluang tersebut, dapat dipastikan tidak akan mendapatkan apa-apa. Dosen-dosen malas tersebut bahkan terancam dipensiunkan atau dialihkan statusnya menjadi karyawan biasa/staf pegawai, jika tetap berkualifikasi S1 pada 2014.
Sekretaris Pelaksana Kopertis IX Sulawesi Drs Ibrahim Saman MM, mengatakan, anggaran biaya studi lanjut yang disiapkan pemerintah boleh dikata berlimpah, baik untuk studi lanjut di berbagai perguruan tinggi dalam negeri, maupun untuk studi lanjut di perguruan tinggi mancanegara, tetapi anggaran tersebut tidak pernah terpakai habis dan akhirnya kembali ke kas negara.
“Pemerintah menyiapkan dana studi lanjut bagi dosen, karena pada 2014, tidak boleh lagi ada dosen berkualifikasi S1 yang berdiri di kelas. Kalau mereka masih berkualifikasi S1 pada 2014, maka pilihannya cuma dua, pensiun dini atau beralih menjadi jadi staf pegawai,” tandas Ibrahim, saat mengadakan pertemuan dengan puluhan dosen PTS, di kampus Universitas Cokroaminoto Palopo, Jumat malam, 27 Januari 2012.
Dia juga mengungkapkan bahwa pada 2011, Kopertis IX Sulawesi mendapatkan kuota sertifikasi dosen sebanyak 802 orang, tetapi ternyata hanya sekitar 450 dosen yang memenuhi syarat untuk disertifikasi. Kopertis lain se-Indonesia juga mengalami hal yang sama.
“Dikti kemudian memberikan perpanjangan waktu dan Kopertis IX Sulawesi dapat memenuhi 760 kuota, tetapi itu berarti kita rugi, karena kita tidak mampu memenuhi seluruh kuota yang diberikan, padahal jumlah dosen kita keseluruhan sekitar 7.000 orang,” ungkap Ibrahim. (win)
@copyright Tabloid Almamater, Makassar, Edisi II, Maret 2012.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment