Monday, July 21, 2008

Ubah Kemiskinan dengan Membaca



Kemiskinan tidak boleh dipelihara. Kemiskinan harus dilawan. Kemiskinan harus diubah. Jika kita dilahirkan dalam keadaan miskin, maka itu harus diubah. Mengubah kemiskinan bukan dengan cara mengemis di jalanan, melainkan dengan bersekolah, dengan membaca, dengan belajar. - Aswar Hasan


----------------

Ubah Kemiskinan dengan Membaca

Kemiskinan tidak boleh dipelihara. Kemiskinan harus dilawan. Kemiskinan harus diubah. Jika kita dilahirkan dalam keadaan miskin, maka itu harus diubah. Mengubah kemiskinan bukan dengan cara mengemis di jalanan, melainkan dengan bersekolah, dengan membaca, dengan belajar.

Dengan sekolah, dengan membaca, dan dengan belajar, kita menjadi tahu tahu dan mengerti persoalan yang dihadapi, serta mampu mengubahnya.

Demikian disampaikan Ketua Penyiaran Indonesia (KPID Sulsel) Aswar Hasan pada acara “Peduli Minat Baca Bagi Anak Jalanan”, sebagai tindak lanjut program Gerakan Makassar Gemar Membaca (GMGM) di Restoran Pualam, Makassar, Sabtu 12 Juli 2008.

Dosen Universitas Hasanuddin itu mengatakan, minat belajar dan minat membaca anak-anak harus didorong dan ditumbuhkan. Khusus kepada anak jalanan, katanya, minat baca harus ditumbuhkan dengan antara lain membudayakan pemberian hadiah buku kepada mereka.

“Dengan kiat seperti ini, mereka akan terpacu untuk membaca,’’ ujarnya.

Menurut Aswar, minat baca harus ditumbuhkan sejak anak-anak. Dengan memberikan bacaan yang baik dan berkualitas, sesuai dengan penjiwaan mereka.

"Kita harusnya membudayakan memberi hadiah pada anak-anak yang dapat menyelesaikan buku bacaanya. Caranya dengan memberi hadiah buku bacaan baru, sehingga tertanam dalam benak mereka untuk sanantiasa membaca dalam kondisi apapun," katanya.

Sekitar 500 peserta menghadiri diskusi yang dipandu Rusdin Tompo itu. Para peserta umumnya kalangan anak jalanan dan penyandang cacat.

Aswar mengatakan, kebiasaan anak-anak saat ini hanya menghabiskan waktu dengan bermain, jalan ke mal, atau menonton televisi berjam-jam merupakan tindakan yang tidak mendidik bagi anak-anak. Sirajuddin Dg Bantang, narasumber yang lain menggambarkan tingginya budaya membaca di negara Eropa dibanding Indonesia.

"Di Prancis, kalau kita turun dari kereta atau busway, yang pertama menghampiri kita adalah penjual buku. Sementara di negeri kita yang paling pertama datang adalah penjual makanan," sindirnya.

Diskusi yang diselenggarakan Kantor Arsip, Perpustakaan dan Pengolahan Data kota Makassar ini dimaksudkan untuk mengembalikan ribuan anak jalanan dan penyandang cacat di Makassar ke bangku sekolah.

Diundang ke Brunei

Kiprah tim Gerakan Makassar Gemar Membaca (GMM) tampaknya sudah cukup berhasil. Buktinya, mereka mendapat undangan ke Malaysia dan Brunei Darussalam.

Mereka akan berada di negara itu selama sepekan mulai 17 hingga 24 Juli. Siaran pers GMGM, menyebutkan, keberangkatan GMGM itu hasil dari kerja sama antara pihak perpustakaan nasional antara Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Pihak GMGM diajak ikut ke negara itu untuk berbagi pengalaman tentang cara memasyarakatkan minat baca di Makassar, terutama kepada penggiat minat baca di negara tentangga tersebut.

"Pihak GMGM dan Pemerintah Kota Makassar merasa terhormat diajak untuk berbagi pengalaman di negara tersebut. Undangan itu sekaligus bentuk penghargaan yang amat khusus bagi pihak GMGM dan Pemerintah Kota Makassar yang telah mencanangkan program tersebut sejak tiga tahun silam," kata Project Manager GMGM Wachyudi Muchsin.

Kepala Kantor Arsip, Data, dan Perpustakaan Kota Makassar, Nuraeni Makmur, mengatakan, program peningkatan minat baca ini perlu diteruskan untuk menyadarkan warga Makassar betapa penting kegiatan membaca untuk peningkatan kualitas hidup.

Hingga saat ini, GMGM dan Pemerintah Kota Makassar berhasil mendirikan 150 taman baca masyarakat. Berkat dukungan dari pihak lain, Makassar makin diramaikan kafe-kafe baca, serta aktifnya komunitas baca di berbagai pelosok kota.

Dukungan lainnya juga datang dari Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Pendidikan Nasional, dan Perpustakaan Nasional yang ditandai bantuan dua mobil perpustakaan keliling dari perpustakaan nasional.

"Ada pula motor pintar dari Ibu Ani Yudhoyono selaku Ketua Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) serta dukungan lainnya," tambah Nuraeni. (asnawin/r)

[Terima kasih atas kunjungan, komentar, kritik, dan saran-sarannya di blog "Majalah Almamater"]

No comments: