Thursday, August 23, 2012

Prof Sadly: Sebaiknya Bertahap



Persoalannya, kata Prof Drs Sadly AD MPA, bagaimana mungkin semua karya ilmiah mahasiswa se-Indonesia itu dimuat pada jurnal ilmiah, karena jumlah jurnal ilmiah yang ada terlalu sedikit dibandingkan dengan jumlah mahasiswa.

“Niat bagus pemerintah ini sebaiknya dilaksanakan secara bertahap,” kata Prof Sadly yang sehari-hari menjabat Rektor Universitas Fajar, Makassar, kepada Tabloid Almamater,  di ruang kerjanya, Sabtu, 18 Februari 2012.



-------------

Prof Drs Sadly AD MPA: 
Sebaiknya Bertahap
Makassar, Tabloid Almamater.

Terbutnya Surat Edaran Dirjen Dikti  Nomor Makas152/E/T/­20­12, perihal Publikasi Karya Ilmiah yang mengharuskan mahasiswa menulis makalah / kar­ya ilmiah dan memuatnya pada jurnal ilmiah sebelum menyelesaikan kuliah, mungkin dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas alumni perguruan tinggi (S1, S2, S3).

Masyarakat umum juga sudah tahu dan kita tidak bisa mengingkari kenyataan bahwa banyak skripsi, tesis, dan disertasi yang merupakan hasil jiplakan.

Dengan demikian, Surat Edaran Dirjen Dikti itu terutama dimaksudkan untuk memaksa mahasiswa berlatih menulis karya ilmiah dan menghin­darkan atau meminimalkan ter­jadinya plagiarisme karya ilmi­ah.

Persoalannya, kata Prof Drs Sadly AD MPA, bagaimana mungkin semua karya ilmiah mahasiswa se-Indonesia itu dimuat pada jurnal ilmiah, karena jumlah jurnal ilmiah yang ada terlalu sedikit dibandingkan dengan jumlah mahasiswa.

“Niat bagus pemerintah ini sebaiknya dilaksanakan secara bertahap,” kata Prof Sadly yang sehari-hari menjabat Rektor Universitas Fajar, Makassar, kepada Tabloid Almamater,  di ruang kerjanya, Sabtu, 18 Februari 2012.

Ketika ditanya apa yang dimaksudkan dengan bertahap, Guru Besar Fisipol Universitas Hasanuddin mengatakan, keharusan menulis karya ilmiah sebaiknya terlebih dahulu diberikan kepada mahasiswa program doktoral (S3), dengan catatan abstraknya harus dalam bentuk bahasa Inggris.

Selanjutnya, lanjut pria kelahiran Ambon, 8 April 1940, barulah keharusan itu diberikan kepada mahasiswa program magister (S2) dan seterusnya diwajibkan kepada mahasiswa program sarjana (S1).

Dengan cara bertahap, ada kesempatan bagi perguruan tinggi untuk menyiapkan jurnal ilmiah sesuai kebutuhan.

Universitas Fajar misalnya yang memiliki 13 program studi program sarjana, memiliki waktu yang cukup untuk mengurus dan menerbitkan jurnal ilmiah minimal sebanyak jumlah program studi yang ada.

“Saya kira ini memang problem besar. Kalau Unifa misalnya ingin menerbitkan 13 jurnal ilmiah, maka kami menyiapkan dan membentuk 13 tim pengelola jurnal ilmiah,” kata Sadly. (tim)

@copyright Tabloid Almamater, Makassar, Edisi II, Maret 2012.

No comments: