Monday, November 17, 2008

Banyak Orang Pintar Salah Gunakan Kepintarannya



Meskipun sudah terlepas dari cengkeraman pemerintahan otoriter ala Orde Baru dan sudah berada di era reformasi selama 10 tahun, Indonesia ternyata belum mampu bangkit dari keterpurukan dan berbagai masalah. Untuk bangkit dan mampu mengatasi berbagai masalah, Indonesia tidak butuh banyak orang pintar, karena ternyata banyak orang pintar yang menyalahgunakan kepintarannya. - Doddy Amiruddin


-------

Doddy Amiruddin:
Banyak Orang Pintar Salah Gunakan Kepintarannya


Meskipun sudah terlepas dari cengkeraman pemerintahan otoriter ala Orde Baru dan sudah berada di era reformasi selama 10 tahun, Indonesia ternyata belum mampu bangkit dari keterpurukan dan berbagai masalah.

Untuk bangkit dan mampu mengatasi berbagai masalah, Indonesia tidak butuh banyak orang pintar, karena ternyata banyak orang pintar yang menyalahgunakan kepintarannya.

”Indonesia tidak perlu banyak orang pintar. Yang dibutuhkan adalah orang jujur,” kata anggota DPRD Sulsel, Doddy Amiruddin, kepada Demos, di Makassar, belum lama ini.

Para calon presiden dan calon legislator (caleg) juga tak harus bergelar profesor atau harus tinggi pendidikannya, yang penting dia jujur dan punya komitmen untuk perubahan dan perbaikan.

Syarat utama menjadi caleg, kata Doddy, yaitu punya pengalaman organisasi dan sosial, mampu menyerap aspirasi yang benar dari masyarakat, serta punya komitmen untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat.

Sayangnya, di mata Doddy banyak caleg yang latah alias hanya ikut-ikutan karena ada kesempatan.

”Banyak yang latah. Itu fenomena yang sudah biasa di Indonesia,” kata anak kandung mantan Gubernur Sulsel, Prof Dr Ahmad Amiruddin itu.

Tentang keinginannya maju kembali sebagai caleg DPRD Sulsel dari daerah pemilihan Bone, Soppeng, dan Wajo (Bosowa), pria yang pernah kuliah di Amerika Serikat itu mengatakan masih banyak yang ingin dilakukannya.

”Memang sudah banyak yang saya lakukan dan perjuangkan, terutama untuk pembangunan dan kepentingan masyarakat di Bone, Soppeng dan Wajo, tetapi perlu ada kesinambungan, sehingga saya merasa perlu maju kembali sebagai caleg dari Bosowa,” ungkapnya.

Hasil perjuangannya di DPRD Sulsel selama empat tahun ini antara lain pembangunan infrastruktur jalanan, termasuk jalanan yang jarang dilalui sehingga membuka akses baru bagi masyarakat.

”Saya juga berhasil mengubah peruntukan APBD dari program turin yang berulang setiap tahun ke pembangunan yang sama sekali baru, sehingga tidak lagi copy-paste dari tahun ke tahun seperti yang terjadi selama ini,” papar pria kelahiran 28 September 1964 itu.

Tidak Khawatir

Menyinggun meningkatkan persaingan antar-caleg pada Pemilu 2009, karena jumlah partai politik yang lebih dari 40, Doddy mengaku tidak khawatir.

“Dibanding Pemilu 2004, sekarang (menghadapi Pemilu 2009, red) lebih ringan. Saya lebih percaya diri, karena selama menjadi anggota dewan, sudah banyak yang saya lakukan. Saya tidak pernah berpikir ada saingan,” tandasnya.

Tentang persaingan dengan sesama caleg di PAN yang menerapkan aturan suara terbanyak, Doddy mengatakan secara pribadi dia selalu optimistis.

”Saya selalu yakin, karena selama menjadi anggota dewan, saya tetap menjaga komunikasi yang baik dengan masyarakat, baik di daerah Bone, Soppeng, dan Wajo, maupun dengan masyarakat pada seluruh daerah di Sulsel,” katanya. (asnawin)

– Tabloid Demos, edisi Minggu III-IV September 2008

[Terima kasih atas kunjungan, komentar, kritik, dan saran-sarannya di blog Almamater]

No comments: