Sunday, October 27, 2013

Indonesia Miskin di Tengah Kekayaan Alamnya



ORASI ILMIAH. Guru Besar Fakultas Perikanan dan Kelautan Unhas, yang juga Koordinator Kopertis Wilayah IX Sulawesi Prof Andi Niartiningsih, membawakan orasi ilmiah pada acara Dies Natalis IX dan Wisuda V Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan (STPL), di Wisma Donggala, Palu, Selasa, 22 Oktober 2013. (Foto: Asnawin)




--------------------


Prof Andi Niartiningsih: 

Indonesia Miskin di Tengah Kekayaan Alamnya


Indonesia memiliki 17.508 pulau, 95.181 km garis pantai, dan 5,8 juta km2 laut. Sebanyak 80 persen industri dan 75 persen kota besar berada di wilayah pesisir. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi jasa kelautan berupa transportasi laut dan industri maritim, serta energi alternatif (ombak, angin).

Dari 60 cekungan migas di Indonesia, 70 persen berada di laut. Cadangan minyak bumi Indonesia mencapai 9,1 milyar barel di laut.

Perikanan tangkap kurang lebih 6.817 juta ton ikan (2005), sedangkan potensi lahan budidaya seluas 1.137.756 hektar (2005).

“Pertanyaannya, mengapa Indonesia miskin di tengah kekayaan alamnya yang melimpah?,” tanya Guru Besar Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Hasanuddin, Makassar, Prof Andi Niartiningsih.

Pertanyaan tersebut diajukan saat membawakan orasi ilmiah pada acara Dies Natalis ke-9 dan Wisuda ke-5 Sekolah Tinggi Pertanian dan Kelautan (STPL) Palu, di Wisma Donggala, Palu, Selasa, 22 Oktober 2013.

Menjawab pertanyaan tersebut, Prof Andi Niartiningsih mengatakan, bukan sekadar persoalan berapa banyak sumber daya alam tersedia, melainkan sejauh mana kesiapan sumber daya manusia untuk mengelola sumber daya alam tersebut.

Mengutip berita pada harian Kompas, Andi Niar–sapaan akrab Prof Andi Niartiningsih–mengatakan, dalam 10 tahun terakhir, China mampu menurunkan tingkat kemiskinan dari 42 persen menjadi 6 persen, sedangkan Vietnam mampu menurunkan angka kemiskinan dari 38 persen menjadi 3,5 persen.

Ketua STPL Palu Dr Ir Samliok Ndobe MSi, mengatakan sejak berdiri pada 2004, STP Palu telah berpartisipasi dalam hal penyediaan sumber daya manusia terdidik, khususnya tingkat madya (D3) dan tingkat tinggi (S1) untuk bidang teknologi hasil perikanan, teknologi penangkapan ikan, serta mesin dan peralatan perikanan.

“STPL merencanakan membuka program studi Teknologi Kelautan dan Perikanan jenjang S1. Persiapan secara teknis dan administrasi telah diupayakan sejak tiga tahun lalu, tetapi hingga kini masih terkendala dengan adanya moratorium atau penghentian sementara dari Kemdikbud RI untuk pembukaan prodi baru," katanya.

Acara wisuda 51 alumni STPL tersebut, turut dihadiri Gubernur Sulten, Ketua Yayasan Pengembangan Sumber Daya Madani Sulawesi Tengah, Ir Muhlis Lamboka SPi, dan sejumlah undangan. (win)

1 comment:

Asnawin Aminuddin said...

Ummi Kalsum Jiwa Asmara, melalui akun Facebook (https://www.facebook.com/ummi.jiwaasmara), pada Senin, 28 Oktober 2013, mengomentari berita ini dengan mengatakan:
"benar sekali,,,indonesia dengan iklim tropis yang katanya agraris tapi sekarang beras pun kita impor,,,semoga kita bisa naik kelas menjadi negara maju dan jangan sampai turun kelas menjadi negara miskin,,,amin,,,sebenarnya kt ini berkembang untuk maju atau untuk jadi miskin ya pak??hehe,,,