Wahai mahasiswa, siapakah engkau? Bukankah engkau adalah bagian dari kaum intelek? Bukankah engkau adalah orang-orang yang cerdas, berakal, berpikiran jernih, dan mempunyai kecerdasan tinggi? Bukankah dulu, engkau yang menciptakan Hari Kebangkitan Nasional? Bukankah dulu, engkau yang mengikrarkan Sumpah Pemuda? Bukankah engkau dulu adalah perintis dan pejuang kemerdekaan bangsamu?
Mahasiswa, Siapakah Engkau?
~~ Lanskap ~~
Asnawin Aminuddin
Kalau ada aksi unjukrasa di jalanan, apalagi kalau memacetkan arus lalu-lintas, masyarakat umumnya langsung menuding bahwa pelaku aksi unjukrasa itu pasti mahasiswa.
Kalau antar-mahasiswa terlibat tawuran atau melakukan aksi anarkis, merusak fasilitas umum, membakar kampusnya sendiri, masyarakat pun umumnya akan mengatakan; “Ah, itu sudah biasa.”
Kalau ada tukang becak berkelahi, maka temannya sesama tukang becak juga akan berkomentar; “Ah, kalian seperti mahasiswa saja.”
Yah, begitulah citra mahasiswa kita dewasa ini. Mahasiswa selalu diidentikkan dengan aksi unjukrasa, aksi anarkis, tawuran, dan perkelahian.
Citra yang sudah jelek itu, semakin diperparah dengan peristiwa tawuran dan penikaman yang berujung kematian dua mahasiswa di Universitas Negeri Makassar (UNM), pertengahan Oktober 2012.
Tak heran kalau kemudian Mendikbud Muhammad Nuh, dan Dirjen Dikti Djoko Santoso, terjun langsung ke lokasi kejadian, melayat ke rumah duka, berkonsultasi dengan Pemprov Sulsel dan aparat keamanan di Sulsel, serta berdialog dengan para pimpinan perguruan tinggi dan perwakilan mahasiswa se-Kota Makassar.
Muhammad Nuh mengatakan, urusan nyawa manusia itu sangat khusus, sehingga tidak bisa dibuat main-main.
“Saya bersama Pak Dirjen Dikti (Djoko Santoso) tidak bisa melepaskan tanggungjawab itu. Kami harus terjun langsung ke lapangan. Hal seperti ini tidak bisa diserahkan kepada otonomi kampus, karena ini sudah menyangkut nyawa,” katanya.
Mengapa mahasiswa kita mudah marah, mudah terprovokasi, dan seolah-olah tidak takut mati? Apakah kampus tidak lagi mampu membina dan mengarahkan mereka? Apakah pengaruh luar dan pengaruh globalisasi lebih kuat dibandingkan pengaruh pimpinan kampus, dosen, dan proses tridharma di kampus?
Apa yang salah dengan dunia kampus kita? Apa yang salah dengan dunia pendidikan kita? Apa yang salah dengan pendidikan di tengah masyarakat kita? Apa yang salah dengan pendidikan di rumah tangga?
Wahai mahasiswa, siapakah engkau? Bukankah engkau adalah bagian dari kaum intelek? Bukankah engkau adalah orang-orang yang cerdas, berakal, berpikiran jernih, dan mempunyai kecerdasan tinggi?
Wahai mahasiswa, siapakah engkau kini?
Bukankah dulu, engkau yang menciptakan Hari Kebangkitan Nasional? Bukankah dulu, engkau yang mengikrarkan Sumpah Pemuda, dengan Tanah Air, bangsa, dan bahasa yang satu? Bukankah engkau dulu adalah perintis dan pejuang kemerdekaan bangsamu?
Wahai mahasiswa, apakah engkau masih memiliki rasa malu? Apakah engkau tidak malu dengan citra burukmu yang sering melakukan aksi unjukrasa, menutup jalan, melakukan aksi anarkis, dan tawuran?
Maafkan kalau kami bertanya, karena kami tidak mengenalimu lagi. Engkau seperti makhluk asing dan aneh
Kami berharap engkau masih punya rasa malu, masih punya semangat, masih punya tekad, untuk menjadi sarjana yang benar-benar sarjana, memiliki kompetensi dan keahlian, pandai membuat dan memanfaatkan jaringan, serta tidak menjadi pengangguran terdidik.
Buatlah kami bangga kepadamu. Buatlah Bumi Pertiwi tersenyum kepadamu. Jadilah orang yang berguna di tengah masyarakatmu, bagi sebanyak-mungkin orang lain, dan bagi bangsamu.
@copyright Tabloid Almamater, Makassar, Edisi 3, Oktober 2012.
No comments:
Post a Comment