Sunday, August 26, 2012
Banyak Karya Ilmiah Tidak Terpublikasi
"Terbitnya Surat Edaran Dirjen Dikti Nomor 152/E/T/2012-perihal Publikasi Karya Ilmiah, memang bagus tujuannya, tetapi tidak harus dengan cara pemaksaan menulis dan mempublikasikan karya ilmiah. Saya kira banyak cara lain, misalnya lewat lomba-lomba kreativitas mahasiswa, lomba penulisan artikel ilmiah. Artikel ilmiah yang diikutkan lomba itulah yang dimuat pada jurnal ilmiah, sehingga kualitasnya lebih bagus.”
Dr H Irwan Akib (Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar)
------------------
Dr H Irwan Akib MPd: :
Banyak Karya Ilmiah Tidak Terpublikasi
Makassar, Tabloid Almamater. Untuk meningkatkan kualitas akademik, khususnya bagi mahasiswa, terbitnya Surat Edaran Dirjen Dikti Nomor 152/E/T/2012-perihal Publikasi Karya Ilmiah yang mengharuskan mahasiswa menulis makalah / karya ilmiah dan memuatnya pada jurnal ilmiah sebelum me-nyelesaikan kuliah-cukup bagus.
Namun demikian, perlu banyak pertimbangan, khususnya kalau kebijakan itu ingin diterapkan bagi mahasiswa S1.
Pertimbangan itu antara lain karena infrastrukturnya belum bagus. Dalam arti, jumlah jurnal ilmiah yang ada dewasa ini masih sangat kurang, apalagi yang memenuhi standar sebagai sebuah jurnal ilmiah terakreditasi.
“Pertanyaannya, mengapa bukan dosen yang dipacu menulis karya ilmiah. Dasar terbitnya Surat Edaran itu juga tidak ilmiah. Juga tidak logis, karena mengambil acuan jurnal ilmiah di Malaysia, sementara dosen-dosen Indonesia dilarang menulis karya ilmiah untuk dimuat pada jurnal ilmiah di Malaysia,” tutur Rektor Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Dr H Irwan Akib MPd, kepada Tabloid Almamater, di ruang kerjanya, Jumat, 17 Februari 2012.
Terbitnya Surat Edaran tersebut, lanjut Irwan, memang bagus tujuannya, tetapi tidak harus dengan cara pemaksaan menulis dan mempublikasikan karya ilmiah.
“Saya kira banyak cara lain, misalnya lewat lomba-lomba kreativitas mahasiswa, lomba penulisan artikel ilmiah. Artikel ilmiah yang diikutkan lomba itulah yang dimuat pada jurnal ilmiah, sehingga kualitasnya lebih bagus,” sebutnya.
Dia mengatakan, setiap tahun Ditjen Dikti mengadakan Lomba Karya Ilmiah Mahasiswa (LKIM) dan juga Pekan Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional (Pimnas).
Dari kedua ajang itu saja, banyak sekali karya ilmiah yang muncul dan terjaring. Sayangnya, karya-karya ilmiah itu tidak dipublikasikan, karena tidak ada wadahnya.
Di Malaysia, bukan hanya wadahnya (jurnal ilmiah) yang tersedia dalam jumlah cukup banyak, melainkan juga dananya.
“Seharusnya Dikti melihat prosesnya, jangan hanya melihat hasilnya,” tandas Irwan. (tim)
@copyright Tabloid Almamater, Makassar, Edisi II, Maret 2012.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
sama-sama, semoga bermanfaat....
trims atas kunjugan dan komentarnya...
Post a Comment